Kita selalu
bangga akan luasnya laut kita, dimana 2/3 luas wilayah kita adalah lautan. Dengan
lautan yang luas itu, kita dikenal sebagai negara bahari. Sebagai negara bahari,
kita dianugerahkan berbagai macam ekosistem pesisir dan laut yang sangat indah,
sehingga ini menjadi peluang besar bagi pengembangan wisata bahari. Terlebih,
saat ini telah terjadi pergeseran negara tujuan wisata internasional, dari negara
maju menuju ke negara-negara di Asia.
Pariwisata telah menjadi salah satu industri terbesar di dunia, dan
menjadi andalan utama dalam menghasilkan devisa di berbagai negara, seperti
Thailand, Singapura, Filipina, Fiji, Maladewa, Hawai, Tonga, Galapagos, Kepulauan
Karibia, dan sebagainya. Sehingga, peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi
di berbagai negara sudah tidak diragukan lagi, termasuk Indonesia.
Di Indonesia, diperkirakan
sekitar 25-30% devisa pariwisata berasal dari wisata bahari, dan
diperkirakan 10 tahun kedepan kontribusinya akan meningkat hingga mencapai sekitar 50%. Hal ini didukung karena keindahan bahari-nya yang tiada
terkira dan setiap pulau-nya memiliki daya tarik khas tersendiri. Aktivitas wisata
bahari dapat diwujudkan melalui wisata pantai
(seaside tourism), wisata pemancingan (fishing tourism), wisata pesiar (cruise tourism), wisata olahraga (sport tourism), wisata penyelaman (diving), dan masih banyak jenis wisata bahari lainya.
Industri
pariwisata sangat tergantung pada keunikan sumberdaya alam dan lingkungannya.
Beberapa keunikan sumberdaya Indonesia, khususnya wisata bahari yaitu pertama, pemandangan
bawah laut yang sangat terkenal akan keindahannya, khususnya dikalangan
penyelam (diving). Banyak penyelam
mengatakan bahwa sekitar 70% kekayaan biota laut dunia ada di Indonesia. Dan salah
satu kekayaan biota laut yang digemari oleh diving
adalah keindahan terumbu karang.
Terumbu karang menyajikan keindahan yang sangat mempesona karena
terdiri aneka warna. Warna-warni pada karang ini disebabkan oleh adanya
zooxanthella yang hidup dalam polip karang. Simbiosis antara karang dan
zooxanthella saling menguntungkan. Namun, keuntungan paling penting bagi karang
adalah dalam proses kalsifikasi (proses perkembangan struktur skeleton karang).
Pada terumbu karang ini pula banyak dijumpai hidup berbagai macam biota laut,
seperti Ikan, Anemon, Kima dan berbagai biota lainnya.
Di beberapa lokasi tertentu, diantaranya di Raja Empat, Wakatobi,
Takabonerate, Karimun Jawa dan Pulau Weh memiliki keindahan terumbu karang tak
ada tandingannya di dunia. Keindahan terumbu karang tersebut termasuk dalam 10
ekosistem terumbu karang terindah dan terbaik di dunia (WTO, 2000). Dan paling
banyak didatangi oleh wisatawan mancanegara dari berbagai penjuru dunia. Rasanya
tak terlalu berlebihan bila keindahan bawah laut itu diungkapkan sebagai menikmati
“surga” bawah air.
Meskipun terumbu
karang hanya menguasai luas sebesar 0,1% dari seluruh Kawasan Samudera, namun
terumbu karang merupakan bagian yang sangat penting, karena keanekaragamannya
yang sangat luar biasa. Terumbu karang di Indonesia ada sekitar lebih dari 500
jenis dengan tingkat keragaman yang sangat tinggi.
Keunikan kedua, pantainya. Dengan belasan ribu pulau dan karakter
pantai yang berbeda-beda, mulai dari pasir yang putih bagaikan kristal,
pasir warna pink sampai pasir butiran besar, sungguh menyajikan suatu pemandangan
yang sangat luar biasa. Wisatawan dapat menikmati suasana santai dan nyaman dengan
beralaskan pasir dan hamparan laut yang jernih membiru dengan riak gelombang yang
bergerak bebas. Bermain pasir dan air laut sambil bermandikan panasnya
matahari, merupakan suatu pengalaman berwisata yang mengasyikkan, tentunya.
Sudah banyak wisatawan yang kepincut dan terus-menerus datang lagi untuk
menikmatinya.
Keunikan ketiga,
ombaknya. Indonesia terkenal sebagai rajanya ombak dengan berbagai bentuk dan
keunikannya. Hal ini telah diakui oleh berbagai majalah selancar dunia. Mereka
menilai bahwa Indonesia adalah surga bagi para selancar karena jenis ombaknya. Jenis
ombak di berbagai pantai Indonesia masuk dalam 5 besar dunia. Ini merupakan
suatu kebangaan tersendiri.
Dengan beberapa
keunikan tersebut, bisa dikatakan bahwa wisata bahari dapat menjadi asset alam
yang tiada taranya dan penyumbang bagi pemasukan devisa pariwisata yang tidak
sedikit. Pemasukan devisa dari sektor pariwisata bahari di Indonesia sekitar US
1 milyar per tahun. Walaupun demikian, ternyata wisata bahari menyimpan
beberapa masalah dan tantangan yang harus diselesaikan.
Pertama, masalah
konflik dengan nelayan. Karena umumnya wisata bahari berkembang di kawasan
konservasi, dan nelayan menganggap berkembangnya wisata bahari makin menutup
akses nelayan dalam penangkapan ikan, sehingga dianggap sebagai penghambat
peningkatan kesejahteraan nelayan. Hal ini terbukti di beberapa kawasan
konservasi dan taman nasional laut, nelayan semakin terbatas aksesnya karena
daerah tangkapannya menjadi zona inti yang dilindungi.
Adanya kawasan
konservasi seringkali mengakibatkan alergi bagi nelayan. Tidak hanya di
Indonesia, tetapi merupakan masalah dunia. Hampir di beberapa negara berkembang
mengalami kasus yang sama. Oleh karena itu, dalam penentuan zonasi perlu
melibatkan masyarakat, agar membuat kawasan konservasi menjadi lebih legitimate.
Kedua, umumnya wisata bahari memiliki daya serap yang relatif rendah
terhadap tenaga kerja lokal. Hal ini karena usaha tersebut membutuhkan tenaga
kerja berpendidikan menengah ke atas. Misalnya tenaga kerja perhotelan, traveling,
perhotelan dan lain sebagainya. Sehingga, akses nelayan untuk menjadi bagian
dari wisata bahari relatif kecil.
Ketiga, wisata
bahari pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh pemanasan global yang berdampak
pada perubahan iklim. Saat ini telah terjadi pemanasan global yang dapat mengakibatkan kerusakan
lingkungan laut dan pantai. Mengutip pemberitaan Bali Post tanggal 16 Agustus 2007,
bahwa telah terdapat 140 titik abrasi dari 450 bentangan garis pantai di Bali. Dan
peningkatan permukaan air laut dapat mengancam keberadaan obyek dan daya tarik
wisata di wilayah pesisir dan laut. Beberapa
pantai dan pulau di Indonesia yang merupakan wisata bahari akan tergenang dan
tenggelam, sehingga kehilangan keindahannya.
Selain itu, peningkatan suhu air laut juga akan
mengakibatkan terumbu karang kehilangan keindahannya. Hal ini dapat terjadi di
beberapa taman nasional bahari di Indonesia. Dapat diperkirakan, jika kenaikan
suhu air laut tidak bisa di kontrol, maka dalam beberapa tahun ke depan
taman-taman nasional bahari di Indonesia seperti Bunaken, Derawan, Raja Ampat dan
Wakatobi akan terancam rusak dan tidak menarik lagi karena terumbu karangnya akan
banyak yang mengalami pemutihan dan bahkan mati.
Dari beberapa paparan diatas, menggambarkan bahwa wisata
bahari sangat potensial dan sekaligus sangat rentan terhadap berbagai kerusakan
lingkungan, termasuk perubahan iklim. Saat ini dampak perubahan iklim
terhadap industri pariwisata di Indonesia memang belum begitu terasa, tetapi ke
depannya sesungguhnya perubahan iklim akan memberikan ancaman yang luar biasa
terhadap keberlangsungan industri pariwisata, khususnya wisata bahari.
Oleh karena itu, saat ini perlu dilakukan suatu proses
adaptasi terhadap industri pariwisata, khususnya wisata bahari, diantaranya memasukkan
cara-cara untuk menekan kerentanan terhadap perubahan iklim ke dalam strategi
penanggulangan bencana. Salah satunya dengan pemberdayaan
masyarakat, yaitu dengan memberi tambahan pengetahuan dan kesempatan ikut serta
memutuskan pembangunan bahari, sehingga mereka merasa ikut memiliki dan menjaga.
Masyarakat menjadi tuan rumah di wilayahnya sendiri…Semoga