1. Teori
perubahan sosial Teori materilistik dan idealistik
2. Dampak stratifikasi sosial
3. Struktur
stratifikasi sosial pada masyarakat nelayan
.............................................................................................................................................................
1. Teori perubahan sosial : Teori materilistik dan idealistik
Teori Materialistik
Perubahan sosial
bisa disebabkan oleh faktor material baik berupa faktor-faktor ekonomi atau pun
teknologi yang berhubungan dengan produktifitas ekonomi.
Teknologi baru maupun modal produksi ekonomi mendorong
perubahan pada aspek interaksi, organisasi sosial, kultur, kepercayaan, dan
norma-norma.
William Ogburn
memberikan argumentasi bahwa perubahan material (teknologi) lebih cepat berubah
dibandingkan perubahan aspek-aspek nonmaterial (ideologi, norma, nilai).
Harper (1989) menjelaskan bahwa teknologi dapat menjadi
penyebab perubahan karena 3 hal:
1) Inovasi teknologi meningkatkan
alternatif-alternatif dalam masyarakat
2) Teknologi baru mengubah bentuk
interaksi antar orang
3) Teknologi baru menciptakan
permasalahan yang harus diselesaikan
Teori Idealistik
Perspektif idealistik dilihat sebagai ide, nilai-nilai, dan ideologi yang
menyebabkan perubahan. Ide terdiri atas pengetahuan dan kepercayaan-kepercayaan.
Nilai merupakan asumsi mengenai apa yang diinginkan dan
tidak diinginkan. Ideologi dipahami sebagai kombinasi antara kepercayaan dan nilai untuk
memberikan legitimasi maupun justifikasi terhadap perilaku manusia (misalnya
demokrasi, kapitalisme, sosialisme).
Dalam perspektif idealistik, perubahan setidaknya dipahami melalui 3 hal:
1) Legitimasi
sebuah keinginan untuk berubah
2) Ideologi menjadi
basis yang mampu menjelaskan solidaritas sosial sebagai penyebab perubahan yang
penting
3) Ide dan nilai
mampu menjelaskan kesenjangan antara ideal dan faktual sebagai penyebab
perubahan
Dampak stratifikasi
sosial
1. Eklusivitas
Eklusivitas dapat berupa gaya hidup, perilaku
dan kebiasaan yang sering berbeda antara satu lapisan dengan lapisan
yang lain. Eklusivitas
yang ada sering membatasi pergaulan di antara kelas sosial tertentu, mereka
enggan bergaul dengan kelas sosial dibawahnya atau membatasi diri hanya bergaul
dengan kelas yang sama dengan kelas mereka.
2. Etnosentrisme
Etnosentrisme dipahami sebagai mengagungkan kelompok
sendiri.
Kelompok sosial atas
akan menganggap dirinya adalah kelompok yang paling baik dan
menganggap rendah dan kurang bermartabat kepada mereka yang berada pada
kelompok sosial rendah. Pola perilaku kelas sosial atas dianggap lebih berbudaya dibandingkan
dengan kelas sosial di bawahnya. Kelas sosial bawah akan memandang mereka sebagai orang boros dan konsumtif
3. Konflik Sosial
Perbedaan yang ada di antara kelas sosial dapat
menyebabkan terjadinya kecemburuan sosial maupun iri hati.
Jika kesenjangan karena perbedaan tersebut tajam tidak
menutup kemungkinan terjadinya konflik sosial antara kelas sosial satu dengan
kelas sosial yang lain. Misalnya Pengoperasian alat tangkap yang tingkat kualitasnya berbeda di
antara dua kelompok nelayan (misalnya, nelayan pancingan dengan nelayan
payang), sehingga hasil tangkapan yang diperoleh timpang
Seseorang yang banyak memiliki sesuatu yang dihargai akan
dianggap sebagai orang yang menduduki pelapisan atas.
Sebaliknya mereka yang hanya sedikit memiliki atau bahkan
sama sekali tidak memiliki sesuatu yang dihargai tersebut, mereka akan dianggap
oleh masyarakat sebagai orang-orang yang menempati pelapisan bawah atau
berkedudukan rendah. Dalam stratifikasi sosial terdapat tiga kelas sosial, yaitu:
1. Masyarakat yang terdiri dari
kelas atas
2. Masyarakat yang terdiri kelas
menengah
3. Masyarakat Kelas bawah
Dalam
kehidupan masyarakat terdapat kriteria yang dipakai untuk menggolongkan orang
dalam pelapisan sosial adalah sebagai berikut:
1. Ukuran kekayaan
2. Ukuran kekuasaan dan wewenang
3. Ukuran kehormatan
4. Ukuran ilmu pengetahuan
Struktur
stratifikasi sosial pada masyarakat nelayan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar